Selasa, 30 Maret 2010 | 13:31 WIB
Jakarta - Walau diperlukan dalam jumlah sedikit, manfaat iodium cukup penting bagi perkembangan inteligensia anak. Tak hanya itu, iodium juga berguna untuk mengurangi kemungkinan kematian pada bayi.
Beberapa tahun lalu, iklan tentang garam beriodium pernah gencar diputar di televisi. Iklan tersebut tidak menitikberatkan pada garamnya, tetapi lebih ke kandungan iodiumnya. Garam menjadi bahan yang mudah diperkaya dengan iodium karena murah dan digunakan dalam masakan sehari-hari. Dengan begitu, iodium menjadi lebih mudah diasup.
Sekitar tahun 1990-an, beberapa literatur menyebutkan, kurang dari 20 persen rumah tangga di negara berkembang yang mengonsumsi garam beriodium. Hal ini membuat 40 juta anak mengalami risiko gangguan belajar.
Saat ini jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium sudah meningkat sebesar 70 persen. Ini berarti, hampir 91 juta anak terlindung dari keterbelakangan mental.
Kerusakan Otak
Menurut Medical Journal of Australia 1999, iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh supaya kelenjar tiroid berfungsi dengan baik. Kelenjar tiroid berfungsi membantu pertumbuhan dan metabolisme tubuh.
Iodium juga berkaitan dengan proses pertumbuhan neuron pada sel otak. Itu sebabnya, menurut Prof. DR. Made Astawan, MS, ahli teknologi pangan dan gizi IPB, kurangnya iodium pada masa kehamilan dan awal masa kehidupan anak, akan menurunkan jumlah sel neuron. Ini berarti akan menyebabkan kerusakan otak anak yang sebenarnya bisa dicegah.
Menurut WHO, 2002, setiap tahun diperkirakan sekitar 100 ribu anak lahir dengan kerusakan otak yang tidak bisa pulih. Penyebabnya, menurut International Council for Control of Iodine Deficiency Disorders, sang ibu kekurangan iodium selama hamil.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang kekurangan iodium bisa menderita kretin (cebol), tuli, kerdil, dan kecacatan bicara. Selain itu, juga meningkatkan kemungkinan kematian janin, keguguran, serta kematian saat bayi dilahirkan. Kurang iodium juga menjadi penyebab utama keterbelakangan (retardasi) mental pada anak-anak di seluruh penjuru dunia. Anak pun bisa apatis.
Sejauh ini, masyarakat awam lebih mengetahui seseorang mengalami kekurangan iodium dengan timbulnya gondok, yang ditandai oleh pembesaran kelenjar gondok. Pembesaran ini merupakan salah satu cara untuk mengambil iodium yang ada dalam darah.
Menurunkan IQ
Banyak orang kurang memahami bahwa kekurangan iodium, terlebih bagi anak, berpotensi menurunkan tingkat intelektual hingga 10-15 poin! Sebagai gambaran, orang yang tinggal pada komunitas dengan kekurangan iodium secara endemik menunjukkan nilai IQ lebih rendah 13,5 poin daripada orang dari komunitas sama dengan ketersediaan iodium yang adekuat.
Sebuah penelitian pernah dilakukan di Subang, Jawa Barat, untuk menilai efek dari suplementasi iodium terhadap kemungkinan kematian bayi. Penelitian dilakukan oleh Cobra C., Muhilal, Rusmil K., Rustama D., Djatnika, Suwandi S.S., terhadap sekitar 617 bayi.
Bayi-bayi tersebut diberi plasebo atau suplemen minyak beriodium (100 mg) pada usia 6 minggu dan terus diikuti hingga berusia 6 bulan. Hasilnya, kelangsungan hidup bayi dalam penelitian itu tampak membaik.
Sekitar 72 persen terjadi pengurangan risiko kematian selama 2 bulan pertama. Juga terjadi perlambatan kematian di antara bayi yang meninggal pada kelompok bayi yang diberi suplementasi minyak beriodium dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Hasil penelitian tersebut muncul dalam Journal Nutrition, April 1997. Para peneliti menyatakan bahwa suplementasi minyak beriodium pada bayi bisa mengurangi kemungkinan kematian pada populasi bayi yang berisiko kekurangan iodium.
Makanan Laut
Selain suplementasi, iodium sebenarnya mudah dijumpai pada makanan laut. Iodium dijumpai pada air laut, sehingga setiap jenis makanan laut kaya akan elemen mineral ini.
Namun, garam laut bukan merupakan sumber iodium yang baik. Garam beriodiumlah yang menyediakan iodium dalam jumlah cukup. Dalam satu sendok teh garam beriodium terkandung sekitar 150 mkg iodium.
Beberapa jenis sayuran juga memiliki kandungan iodium yang baik. Terutama sayuran yang ditanam pada tanah yang kaya akan iodium atau tumbuh di tepi pantai. Rumput laut menghimpun iodium dari air laut, sehingga menjadi sumber makanan yang kaya akan mineral ini.
Secara umum, rumput laut dan makanan laut merupakan sumber iodium yang baik. Makanan laut yang menjadi sumber iodium di antaranya berbagai jenis ikan, cumi, udang, dan kerang. Rata-rata kandungan iodium pada tumbuhan laut berkisar 0,7-4,5 g/kg.
“Kandungan iodium pada rumput laut bisa mencapai 2.400-155 ribu kali lebih banyak dibandingkan dengan sayuran yang tumbuh di daratan,” ujar Prof. Made. Warga Jepang banyak mengonsumsi rumput laut, sehingga jarang yang mengidap penyakit gondok.
Telur, daging, susu, dan sereal juga mengandung iodium, walau dalam jumlah kecil. Sekitar 100 gram sayuran, daging merah, atau telur mengandung 25 mkg iodium dan pada 100 gram produk susu, roti, maupun sereal terkandung 10 mkg iodium.
Untuk anak yang melakukan diet rendah garam sebaiknya mempertimbangkan konsumsi makanan laut setiap minggunya. Hal ini semata-mata untuk memastikan kadar iodium yang cukup bagi tubuhnya, pun pada wanita hamil.
Saat anak tidak cukup mendapatkan beragam diet berupa buah, sayur, atau makanan sumber hewani yang mengandung mikronutrien dalam jumlah besar, kekurangan zat gizi tidak bisa dielakkan lagi.
Berapa Kebutuhannya?
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan iodium harian:
- 50 mkg untuk bayi usia 0-12 bulan
- 90 mkg untuk anak usia 2-6 tahun
- 120 mkg untuk anak usia sekolah (7-12 tahun)
- 150 mkg untuk orang dewasa (usia di atas 12 tahun)
- 200 mkg untuk wanita hamil dan menyusui
Beberapa tahun lalu, iklan tentang garam beriodium pernah gencar diputar di televisi. Iklan tersebut tidak menitikberatkan pada garamnya, tetapi lebih ke kandungan iodiumnya. Garam menjadi bahan yang mudah diperkaya dengan iodium karena murah dan digunakan dalam masakan sehari-hari. Dengan begitu, iodium menjadi lebih mudah diasup.
Sekitar tahun 1990-an, beberapa literatur menyebutkan, kurang dari 20 persen rumah tangga di negara berkembang yang mengonsumsi garam beriodium. Hal ini membuat 40 juta anak mengalami risiko gangguan belajar.
Saat ini jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium sudah meningkat sebesar 70 persen. Ini berarti, hampir 91 juta anak terlindung dari keterbelakangan mental.
Kerusakan Otak
Menurut Medical Journal of Australia 1999, iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh supaya kelenjar tiroid berfungsi dengan baik. Kelenjar tiroid berfungsi membantu pertumbuhan dan metabolisme tubuh.
Iodium juga berkaitan dengan proses pertumbuhan neuron pada sel otak. Itu sebabnya, menurut Prof. DR. Made Astawan, MS, ahli teknologi pangan dan gizi IPB, kurangnya iodium pada masa kehamilan dan awal masa kehidupan anak, akan menurunkan jumlah sel neuron. Ini berarti akan menyebabkan kerusakan otak anak yang sebenarnya bisa dicegah.
Menurut WHO, 2002, setiap tahun diperkirakan sekitar 100 ribu anak lahir dengan kerusakan otak yang tidak bisa pulih. Penyebabnya, menurut International Council for Control of Iodine Deficiency Disorders, sang ibu kekurangan iodium selama hamil.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang kekurangan iodium bisa menderita kretin (cebol), tuli, kerdil, dan kecacatan bicara. Selain itu, juga meningkatkan kemungkinan kematian janin, keguguran, serta kematian saat bayi dilahirkan. Kurang iodium juga menjadi penyebab utama keterbelakangan (retardasi) mental pada anak-anak di seluruh penjuru dunia. Anak pun bisa apatis.
Sejauh ini, masyarakat awam lebih mengetahui seseorang mengalami kekurangan iodium dengan timbulnya gondok, yang ditandai oleh pembesaran kelenjar gondok. Pembesaran ini merupakan salah satu cara untuk mengambil iodium yang ada dalam darah.
Menurunkan IQ
Banyak orang kurang memahami bahwa kekurangan iodium, terlebih bagi anak, berpotensi menurunkan tingkat intelektual hingga 10-15 poin! Sebagai gambaran, orang yang tinggal pada komunitas dengan kekurangan iodium secara endemik menunjukkan nilai IQ lebih rendah 13,5 poin daripada orang dari komunitas sama dengan ketersediaan iodium yang adekuat.
Sebuah penelitian pernah dilakukan di Subang, Jawa Barat, untuk menilai efek dari suplementasi iodium terhadap kemungkinan kematian bayi. Penelitian dilakukan oleh Cobra C., Muhilal, Rusmil K., Rustama D., Djatnika, Suwandi S.S., terhadap sekitar 617 bayi.
Bayi-bayi tersebut diberi plasebo atau suplemen minyak beriodium (100 mg) pada usia 6 minggu dan terus diikuti hingga berusia 6 bulan. Hasilnya, kelangsungan hidup bayi dalam penelitian itu tampak membaik.
Sekitar 72 persen terjadi pengurangan risiko kematian selama 2 bulan pertama. Juga terjadi perlambatan kematian di antara bayi yang meninggal pada kelompok bayi yang diberi suplementasi minyak beriodium dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Hasil penelitian tersebut muncul dalam Journal Nutrition, April 1997. Para peneliti menyatakan bahwa suplementasi minyak beriodium pada bayi bisa mengurangi kemungkinan kematian pada populasi bayi yang berisiko kekurangan iodium.
Makanan Laut
Selain suplementasi, iodium sebenarnya mudah dijumpai pada makanan laut. Iodium dijumpai pada air laut, sehingga setiap jenis makanan laut kaya akan elemen mineral ini.
Namun, garam laut bukan merupakan sumber iodium yang baik. Garam beriodiumlah yang menyediakan iodium dalam jumlah cukup. Dalam satu sendok teh garam beriodium terkandung sekitar 150 mkg iodium.
Beberapa jenis sayuran juga memiliki kandungan iodium yang baik. Terutama sayuran yang ditanam pada tanah yang kaya akan iodium atau tumbuh di tepi pantai. Rumput laut menghimpun iodium dari air laut, sehingga menjadi sumber makanan yang kaya akan mineral ini.
Secara umum, rumput laut dan makanan laut merupakan sumber iodium yang baik. Makanan laut yang menjadi sumber iodium di antaranya berbagai jenis ikan, cumi, udang, dan kerang. Rata-rata kandungan iodium pada tumbuhan laut berkisar 0,7-4,5 g/kg.
“Kandungan iodium pada rumput laut bisa mencapai 2.400-155 ribu kali lebih banyak dibandingkan dengan sayuran yang tumbuh di daratan,” ujar Prof. Made. Warga Jepang banyak mengonsumsi rumput laut, sehingga jarang yang mengidap penyakit gondok.
Telur, daging, susu, dan sereal juga mengandung iodium, walau dalam jumlah kecil. Sekitar 100 gram sayuran, daging merah, atau telur mengandung 25 mkg iodium dan pada 100 gram produk susu, roti, maupun sereal terkandung 10 mkg iodium.
Untuk anak yang melakukan diet rendah garam sebaiknya mempertimbangkan konsumsi makanan laut setiap minggunya. Hal ini semata-mata untuk memastikan kadar iodium yang cukup bagi tubuhnya, pun pada wanita hamil.
Saat anak tidak cukup mendapatkan beragam diet berupa buah, sayur, atau makanan sumber hewani yang mengandung mikronutrien dalam jumlah besar, kekurangan zat gizi tidak bisa dielakkan lagi.
Berapa Kebutuhannya?
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan iodium harian:
- 50 mkg untuk bayi usia 0-12 bulan
- 90 mkg untuk anak usia 2-6 tahun
- 120 mkg untuk anak usia sekolah (7-12 tahun)
- 150 mkg untuk orang dewasa (usia di atas 12 tahun)
- 200 mkg untuk wanita hamil dan menyusui
Sumber : KOMPAS, 29 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar