Jumat, 26 Maret 2010 l 13:16 WIB
Jakarta - Sejak lama tanah air kita ini sebenarnya sudah kaya akan beragam jenis makanan namun baru belakangan ini dunia kuliner tersebut bangkit lewat tabung kaca dan menjadi bagian yang tak lagi terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Bahkan stasiun TV seolah saling berlomba mencari host program masak supaya tampil lebih menarik. Di Metro TV misalnya, sosok laki-laki tegap berotot ini kerap menunjukkan kebolehannya dalam kegiatan memasak.
Selain itu, di sela acara, dia sering pula memberikan tips atau hal lain yang berkaitan dengan kesehatan. Edwin Lau, demikian pria ganteng kelahiran Makassar ini kerap memperkenalkan dirinya.
Berkat keyakinan diri yang kuat, Edwin kini jago mengolah beraneka macam makanan. Namun seiring kesadaran pola makan sehat yang didapat 3 tahun lalu, dia kini lebih mengedepankan dan mempromosikan makanan sehat pada masyarakat.
Lalu dari mana Edwin memperoleh ilmu masak?
"Mungkin saya dapat dari kakek keluarga ibu. Kebetulan waktu kecil, saya tinggal di bangunan yang mirip teater kecil ala Belanda di Makassar. Kalau di Jakarta mungkin mirip kayak Kota Tua. Di dalamnya ada mini restoran. Padahal saat itu saya nggak tahu mau jadi apa. Masak saja nggak bisa, saya takut dengan kompor. Kalau mau mie instan kakak yang masakkan," ujarnya saat dijumpai belum lama ini di Coffee Bean, Pasific Place Mall.
Momen pertama kali Edwin mengenal dapur serta peralatan masak adalah ketika ia memilih kuliah di perhotelan. Itu pun dengan syarat persetujuan dari keluarga. "Di sana saya seperti menemukan pasangan hidup dan jatuh cinta dengan dunia kuliner. Mulai dari situ saya tahu bahwa jalan hidup saya adalah sebagai chef. Keyakinan tersebut diperoleh saat dalam hati ia mengatakan 'Edwin, kamu akan terkenal sebagai chef yang unik.' Saya pun simpan kata-kata itu," ucapnya.
Walau dirinya yakin tetapi Edwin merasa perlu tetap menyiapkan segala sesuatu termasuk olah tubuh seperti sekarang ini. Padahal soal bentuk tubuh, Edwin telah membentuknya sejak kelas 6 SD.
"Saya belajar lagi tentang nutrisi dari FDA (Food and Drug Administration), lembaga kesehatan paling tinggi di dunia seperti BP POM Indonesia. Makanya apa yang saya bawakan di Metro TV seperti asing. Saya bawakan standar dari luar. Saya persiapkan juga kuliner sehat," lanjut putra pasangan Haryanto Lau dan Yuliana Lau ini.Sementara itu dia juga mengaku bahwa karirnya sampai sekarang lantaran dibantu media, di mana dirinya pernah menjadi finalis Be Our Cover Men's Health tiga tahun lalu. Tanpa disadari ikon sebagai laki-laki sehat itu melekat pada dirinya. Namun saat itu, Edwin masih bekerja di salah satu hotel ternama di ibu kota. Alhasil dia memutuskan berhenti lalu memulai karir baru seperti saat ini.
"Saya lahir dari media waktu dari jadi finalis Be Our Cover Men's Health 2006. Dengan sendirinya, hal itu membentuk diri sebagai icon healthy Indonesia. Walau sebagai finalis saya mulai dibukakan karir seperti sekarang.
Bahkan saat syuting di Astro, saya masih kerja di salah satu hotel berbintang di Jakarta. Saya putuskan keluar walau sebenarnya saya nyaman di sana. Saat itu hidup luntang lantung kayak artis, kadang ada kerjaan kadang nggak. Tetapi dari situ pula, saya sekarang membawakan beberapa program di TV," urainya sambil menahan senyum.
Sebagai seorang chef namun memiliki badan bagus sangat jarang ditemukan di Indonesia. Dari mana Edwin mendapatkan bentuk badan seperti saat ini?
"Saya sudah masuk gym sejak kelas 6 SD, saya sudah pegang besi. Entah kenapa. Padahal dulu yang ayah ajarkan adalah bulu tangkis tapi kenapa saya malah tertarik dengan angkat besi. Saya belajar sendiri dan sampai saat ini saya ketagihan. Saya jauh dari rokok dan narkoba. Saya dari dulu hidup sehat tapi pola makan beda dengan orang biasa. Saya makan nggak pakai garam, minyak, gula, bumbu masakan. Jadi makanan saya dikukus atau dipanggang tanpa bumbu apapun. Itu makanan sehari-hari. Kalau pun saya keluar makan, saya bawa sendiri termasuk saat mau nge-date," terangnya.
Tentang perubahan pola makan yang tanpa rasa, Edwin mengaku hal tersebut dia peroleh setelah melihat kenyataan bahwa anggota keluarganya menderita penyakit yang mematikan seperti kanker dan kencing gula. Bahkan dia melihat langsung penyakit itu menggerogoti kaki pamannya.
"Sejak masuk dunia modeling, waktu itu berat saya 90-an, besar dan kekar tapi saya selalu merasa kurang sehat dan cepat sakit. Pola makan saya jorok sekali saat itu. Saya pernah makan paha ayam panggang 27 biji sekali makan atau pizza 2 pan, semuanya saya makan sendiri.
Dulu saya suka olahraga tapi tetap nggak sehat. Akhirnya saya mulai berubah setelah melihat keluarga mempunyai keturunan penyakit yang menyeramkan dan mematikan. Paman saya, tiga orang, meninggal karena kencing manis. Saya lihat mereka sampai borokan. Lalu kena jantung dan kanker juga. Saya bilang ke diri saya 'Win, ini berhenti!' Pokoknya saya mau nama dari keluarga Edwin Lau berhenti kena penyakit seperti itu. Saya putar balik hari itu juga dalam hal makan, dari ujung kepala hingga ujung ekor. Esok hari saya nggak makan garam, minyak, dan lain-lain. Keluarga kaget luar biasa. Tapi, anehnya tak satu pun dari mereka yang mengikuti jejak saya ini," kata Edwin geleng-geleng.
Perubahan pola makan seperti sekarang bukan tanpa cobaan. Namun dengan sepenuh hati dan kekuatan niat maka segala godaan bisa Edwin lewati. Dia ingin pola hidup yang dianut dapat diikuti masyarakat, bahkan kalau bisa menjadi inspirasi.
"Saya ubah pola makan seratus delapan puluh derajat. Saya rasa kayak rentetan peristiwa yang lengkap diakhiri dengan keputusan yang bulat. Jadi dari kesadaran diri sendiri. Waktu saya jalani hidup super sehat hasilnya gila banget. Contohnya karir meningkat dan kesehatan enak banget.
Sekarang tugas saya jadi inspirator bagi orang agar seperti saya. Jadi saya harus menarik orang makanya seumur hidup saya harus tetap begini. Jadi apapun yang makan atau ucapan mesti positif semua. Sebab image saya positif makanya saya nggak boleh kena narkoba dan lain-lain. Kayak dugem pun saya bilang mau ngapain. Jadi standarnya seperti itu," ucapnya yakin
Lalu, lebih dulu mana, olah tubuh atau berkarir sebagai chef?
"Saya lebih dulu kerja sebagai chef baru saya ubah hidup seperti ini. Hanya kalau fitness, sudah sejak lama. Jadi saat kerja di hotel, saya sempat makan apa saja. Enaknya kerja di sana makan apa saja nggak bayar. Misal makan ikan salmon atau daging sapi impor. Jadi nutrisi tercukupi dan badan sedang bagus-bagusnya saat itu meski tak keluar biaya. Sebelumnya
Makanya, semua skill saya berjalan dan berhubungan. Dunia kuliner dengan nutrisionist jalan, fitness dengan nutrisionist juga jalan. Akhirnya saya tambah dengan menjadi tv host. Nggak ada gunanya saya begini kalau nggak jadi inspirator bagi orang," sambung Edwin panjang lebar.
Selain itu diam-diam Edwin membuat pula komunitas lewat jejaring social Facebook. Di sana dia dapat memberikan masukan jika ada yang bertanya soal pola makan. Edwin berharap apa yang dikatakan bisa membawa manfaat.
"Saya punya FB sebab banyak orang yang butuh bantuan. Dengan nasehat, saya bisa ubah hidup orang. Kalau saja dulu saya nggak turut kata hati saya, maka banyak orang yang hidupnya nggak berubah. Jadi kesempatan itu yang ubah hidup saya dan orang lain, bahkan ribuan orang. Apa yang saya bilang orang percaya dengan sendirinya tanpa embel-embel," jelasnya tanpa maksud berpromosi.
Walau dirinya menjalani pola makan yang berbeda dengan orang kebanyakan namun tak tertutup kemungkinan Edwin mengkonsumsi pula apa yang dimakan masyarakat.
Tetapi dia tetap harus memilah termasuk menjaga hati orang yang mengajak dirinya makan di suatu tempat. "Konsekuensi saya harus jaga makan. Saya harus makan tiap satu atau dua jam sekali dengan porsi kecil. Sehari bisa delapan kali, di mana pun saya berada harus bawa makanan.
Jadi kalau mau begini ada harga yang mesti dibayar. Saya juga banyak minum air putih. Sehari bisa satu galon. Kalau di coffee shop, saya pesan kopi tanpa kafein. Kalau teh, saya minum teh hijau. Kalau di tempat pizza saya pilih salad sementara orang lain makan pizza, setidaknya saya hormati orang yang mengajak. Atau kalau mau makan dengan orang lain, saya makan dulu di mobil dan saat di tempat saya hanya makan sedikit supaya orang nggak tersinggung," katanya.
Tetapi apakah tidak menjadi repot?
"Saya rasa nggak. Justru repot waktu dulu, dulu lebih cerewet soal makan. Sekarang selama tiga tahun nggak ada perubahan, makanya itu-itu saja. Makan sayuran, kambing aja kalah, benar-benar berkilo-kilo sehari. Belum lagi dada ayam sudah ratusan kilo saya makan. Dulunya saya kan koki, dikasih makanan ini cerewet, mungkin jadi nggak enak tapi setelah ubah pola makan apa saja jadi enak," lanjut Edwin.
Pada kesempatan yang sama, Edwin kembali mengatakan bahwa apa yang ditularkan lewat program TV berbeda dengan apa yang dia jalani terutama pola makan. Dia kini menjalani pola makan diet, bukan pola makan sehat.
"Harus dibedakan antara makan diet dengan makan sehat. Makanan diet yang saya makan dan tidak berasa ada gunanya. Sementara yang saya bawakan di TV, makanan sehat dan harus enak, variasi dan cantik.
Makanya orang sering salah berpikir bahwa makanan diet itu harus enak. Padahal makanan diet memang nggak enak, makanan sehat yang enak. Makanan sehat saya kenalkan juga dengan standar internasional," sambungnya lagi.
Walau Edwin coba mengenalkan makanan sehat dengan standar internasional seperti yang ditayangkan stasiun TV selama ini, namun hal tersebut bukan berarti selalu berjalan mulus. Pasalnya apa yang dibawakan di program tersebut kurang atau tidak mendapat dukungan dari pemerintah.
"Resikonya saya ditentang oleh negara saya sendiri khususnya calon presiden saat ini di mana mereka berkoar mencintai barang negeri sendiri, produk luar negeri mau dibabat. Dalam tanda kutip, saya ini jual produk luar negeri dan saya malah akan ditarik negara lain ujung-ujungnya nanti.
Kalau pun negara saya menentang, saya pergi. Indonesia punya mental pengen maju tapi salah arah. Saya rasa mereka salah arah dari motivasinya juga. Memang saya saat ini sedang bangun orang sehat jiwanya, tubuhnya, jadi pikiran sehat dan roh sehat. Jadi, apa yang saya lakukan untuk generasi mendatang bukan untuk diri sendiri," ujar Edwin.
Untuk itu dia berharap mendapat support dari berbagai pihak sehubungan dengan pola sehat lewat makanan ini. Sehingga di masa datang generasi bangsa bisa lebih baik daripada sekarang.
"Saya pengen cari pihak yang mau kerja sama dengan visi yang sama, yaitu untuk bangun bangsa. Bangsa ini sudah hancur lebur, semua lagi krisis dan serakah. Kenapa nggak siapkan generasi baru dengan skill yang berguna di kemudian hari.
Caranya saya mau cari potensi yang ada dari tiap generasi. Indonesia punya kurikulum salah makanya waktu mau kuliah kita bingung mau ke mana. Kalau di pendidikan Amerika, kalau pintar golf maka jadi Tiger Wood, kalau basket jadi Michael Jordan. Jadi semua diarahkan, saya mau begitu.
Saya mau jadi pionir supaya Indonesia seperti itu. Saya berdiri di depan dengan hembusan angin kencang makanya saya butuh-butuh orang-orang yang pegangin tangan saya, kita seret ke arah sana. Pasti banyak orang yang berpotensi dan tertantang. Jadi apapun yang saya lakukan harus positif," imbuh laki-laki yang enggan memberitahu tahun kelahirannya ini.
Putus Pacar Melulu
Sejak menjalani karir seperti sekarang, tidak sedikit mata wanita langsung tertuju pada wajah gantengnya. Padahal di balik itu tidak semua wanita menyadari bahwa pola makan yang dijalaninya merupakan pola makan diet, di mana makanan yang dikonsumsi tidak mempunyai rasa sehingga tak sedikit wanita yang coba menjalin hubungan dengan Edwin 'tumbang' di tengah jalan.
Padahal sebenarnya Edwin hanya memberitahu para wanita itu, apakah wanita tersebut dapat menyesuaikan diri semisal jika makan di resto maka dia akan membawa makanan sendiri atau dapat menerima pola tidurnya yang sangat teratur atau ditinggal beberapa lama lantaran Edwin merupakan orang yang memiliki visi besar lantaran berhubungan dengan pekerjaannya.
Jika wanita tersebut mengerti maka bisa dikatakan sebagai wanita yang super pengertian. Sebagai balasan, Edwin pun akan memberikan segalanya. Namun selama ini wanita yang coba mendekati dirinya berguguran di tengah jalan. "Banyak yang terintimidasi dan gugur dengan sendirinya," katanya lalu tertawa.
Biodata:
Nama : Edwin Lau
Tempat/ Tanggal Lahir : Makasar, 16 November 19xx
Orang tua : Haryanto Lau dan Yuliana Lau
Pekerjaan : TV Host, Chef, Nutrisionist, Trainer, Penulis, Musisi, Director of Healthy Kingdom Community
Prestasi : Finalis Be Our Cover Men's Health 2006
Show : Healthy Life (Metro TV), Foodvaganza (TVRI), dan Healthy Chef (Astro TV)
Sinopsis :
Saya mau jadi pionir supaya Indonesia seperti itu. Saya berdiri di depan dengan hembusan angin kencang makanya saya butuh-butuh orang-orang yang pegangin tangan saya, kita seret ke arah sana. Pasti banyak orang yang berpotensi dan tertantang. Jadi apapun yang saya lakukan harus positif," imbuh laki-laki yang enggan memberitahu tahun kelahirannya ini.
Jakarta - Sejak lama tanah air kita ini sebenarnya sudah kaya akan beragam jenis makanan namun baru belakangan ini dunia kuliner tersebut bangkit lewat tabung kaca dan menjadi bagian yang tak lagi terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Bahkan stasiun TV seolah saling berlomba mencari host program masak supaya tampil lebih menarik. Di Metro TV misalnya, sosok laki-laki tegap berotot ini kerap menunjukkan kebolehannya dalam kegiatan memasak.
Selain itu, di sela acara, dia sering pula memberikan tips atau hal lain yang berkaitan dengan kesehatan. Edwin Lau, demikian pria ganteng kelahiran Makassar ini kerap memperkenalkan dirinya.
Berkat keyakinan diri yang kuat, Edwin kini jago mengolah beraneka macam makanan. Namun seiring kesadaran pola makan sehat yang didapat 3 tahun lalu, dia kini lebih mengedepankan dan mempromosikan makanan sehat pada masyarakat.
Lalu dari mana Edwin memperoleh ilmu masak?
"Mungkin saya dapat dari kakek keluarga ibu. Kebetulan waktu kecil, saya tinggal di bangunan yang mirip teater kecil ala Belanda di Makassar. Kalau di Jakarta mungkin mirip kayak Kota Tua. Di dalamnya ada mini restoran. Padahal saat itu saya nggak tahu mau jadi apa. Masak saja nggak bisa, saya takut dengan kompor. Kalau mau mie instan kakak yang masakkan," ujarnya saat dijumpai belum lama ini di Coffee Bean, Pasific Place Mall.
Momen pertama kali Edwin mengenal dapur serta peralatan masak adalah ketika ia memilih kuliah di perhotelan. Itu pun dengan syarat persetujuan dari keluarga. "Di sana saya seperti menemukan pasangan hidup dan jatuh cinta dengan dunia kuliner. Mulai dari situ saya tahu bahwa jalan hidup saya adalah sebagai chef. Keyakinan tersebut diperoleh saat dalam hati ia mengatakan 'Edwin, kamu akan terkenal sebagai chef yang unik.' Saya pun simpan kata-kata itu," ucapnya.
Walau dirinya yakin tetapi Edwin merasa perlu tetap menyiapkan segala sesuatu termasuk olah tubuh seperti sekarang ini. Padahal soal bentuk tubuh, Edwin telah membentuknya sejak kelas 6 SD.
"Saya belajar lagi tentang nutrisi dari FDA (Food and Drug Administration), lembaga kesehatan paling tinggi di dunia seperti BP POM Indonesia. Makanya apa yang saya bawakan di Metro TV seperti asing. Saya bawakan standar dari luar. Saya persiapkan juga kuliner sehat," lanjut putra pasangan Haryanto Lau dan Yuliana Lau ini.Sementara itu dia juga mengaku bahwa karirnya sampai sekarang lantaran dibantu media, di mana dirinya pernah menjadi finalis Be Our Cover Men's Health tiga tahun lalu. Tanpa disadari ikon sebagai laki-laki sehat itu melekat pada dirinya. Namun saat itu, Edwin masih bekerja di salah satu hotel ternama di ibu kota. Alhasil dia memutuskan berhenti lalu memulai karir baru seperti saat ini.
"Saya lahir dari media waktu dari jadi finalis Be Our Cover Men's Health 2006. Dengan sendirinya, hal itu membentuk diri sebagai icon healthy Indonesia. Walau sebagai finalis saya mulai dibukakan karir seperti sekarang.
Bahkan saat syuting di Astro, saya masih kerja di salah satu hotel berbintang di Jakarta. Saya putuskan keluar walau sebenarnya saya nyaman di sana. Saat itu hidup luntang lantung kayak artis, kadang ada kerjaan kadang nggak. Tetapi dari situ pula, saya sekarang membawakan beberapa program di TV," urainya sambil menahan senyum.
Sebagai seorang chef namun memiliki badan bagus sangat jarang ditemukan di Indonesia. Dari mana Edwin mendapatkan bentuk badan seperti saat ini?
"Saya sudah masuk gym sejak kelas 6 SD, saya sudah pegang besi. Entah kenapa. Padahal dulu yang ayah ajarkan adalah bulu tangkis tapi kenapa saya malah tertarik dengan angkat besi. Saya belajar sendiri dan sampai saat ini saya ketagihan. Saya jauh dari rokok dan narkoba. Saya dari dulu hidup sehat tapi pola makan beda dengan orang biasa. Saya makan nggak pakai garam, minyak, gula, bumbu masakan. Jadi makanan saya dikukus atau dipanggang tanpa bumbu apapun. Itu makanan sehari-hari. Kalau pun saya keluar makan, saya bawa sendiri termasuk saat mau nge-date," terangnya.
Tentang perubahan pola makan yang tanpa rasa, Edwin mengaku hal tersebut dia peroleh setelah melihat kenyataan bahwa anggota keluarganya menderita penyakit yang mematikan seperti kanker dan kencing gula. Bahkan dia melihat langsung penyakit itu menggerogoti kaki pamannya.
"Sejak masuk dunia modeling, waktu itu berat saya 90-an, besar dan kekar tapi saya selalu merasa kurang sehat dan cepat sakit. Pola makan saya jorok sekali saat itu. Saya pernah makan paha ayam panggang 27 biji sekali makan atau pizza 2 pan, semuanya saya makan sendiri.
Dulu saya suka olahraga tapi tetap nggak sehat. Akhirnya saya mulai berubah setelah melihat keluarga mempunyai keturunan penyakit yang menyeramkan dan mematikan. Paman saya, tiga orang, meninggal karena kencing manis. Saya lihat mereka sampai borokan. Lalu kena jantung dan kanker juga. Saya bilang ke diri saya 'Win, ini berhenti!' Pokoknya saya mau nama dari keluarga Edwin Lau berhenti kena penyakit seperti itu. Saya putar balik hari itu juga dalam hal makan, dari ujung kepala hingga ujung ekor. Esok hari saya nggak makan garam, minyak, dan lain-lain. Keluarga kaget luar biasa. Tapi, anehnya tak satu pun dari mereka yang mengikuti jejak saya ini," kata Edwin geleng-geleng.
Perubahan pola makan seperti sekarang bukan tanpa cobaan. Namun dengan sepenuh hati dan kekuatan niat maka segala godaan bisa Edwin lewati. Dia ingin pola hidup yang dianut dapat diikuti masyarakat, bahkan kalau bisa menjadi inspirasi.
"Saya ubah pola makan seratus delapan puluh derajat. Saya rasa kayak rentetan peristiwa yang lengkap diakhiri dengan keputusan yang bulat. Jadi dari kesadaran diri sendiri. Waktu saya jalani hidup super sehat hasilnya gila banget. Contohnya karir meningkat dan kesehatan enak banget.
Sekarang tugas saya jadi inspirator bagi orang agar seperti saya. Jadi saya harus menarik orang makanya seumur hidup saya harus tetap begini. Jadi apapun yang makan atau ucapan mesti positif semua. Sebab image saya positif makanya saya nggak boleh kena narkoba dan lain-lain. Kayak dugem pun saya bilang mau ngapain. Jadi standarnya seperti itu," ucapnya yakin
Lalu, lebih dulu mana, olah tubuh atau berkarir sebagai chef?
"Saya lebih dulu kerja sebagai chef baru saya ubah hidup seperti ini. Hanya kalau fitness, sudah sejak lama. Jadi saat kerja di hotel, saya sempat makan apa saja. Enaknya kerja di sana makan apa saja nggak bayar. Misal makan ikan salmon atau daging sapi impor. Jadi nutrisi tercukupi dan badan sedang bagus-bagusnya saat itu meski tak keluar biaya. Sebelumnya
Makanya, semua skill saya berjalan dan berhubungan. Dunia kuliner dengan nutrisionist jalan, fitness dengan nutrisionist juga jalan. Akhirnya saya tambah dengan menjadi tv host. Nggak ada gunanya saya begini kalau nggak jadi inspirator bagi orang," sambung Edwin panjang lebar.
Selain itu diam-diam Edwin membuat pula komunitas lewat jejaring social Facebook. Di sana dia dapat memberikan masukan jika ada yang bertanya soal pola makan. Edwin berharap apa yang dikatakan bisa membawa manfaat.
"Saya punya FB sebab banyak orang yang butuh bantuan. Dengan nasehat, saya bisa ubah hidup orang. Kalau saja dulu saya nggak turut kata hati saya, maka banyak orang yang hidupnya nggak berubah. Jadi kesempatan itu yang ubah hidup saya dan orang lain, bahkan ribuan orang. Apa yang saya bilang orang percaya dengan sendirinya tanpa embel-embel," jelasnya tanpa maksud berpromosi.
Walau dirinya menjalani pola makan yang berbeda dengan orang kebanyakan namun tak tertutup kemungkinan Edwin mengkonsumsi pula apa yang dimakan masyarakat.
Tetapi dia tetap harus memilah termasuk menjaga hati orang yang mengajak dirinya makan di suatu tempat. "Konsekuensi saya harus jaga makan. Saya harus makan tiap satu atau dua jam sekali dengan porsi kecil. Sehari bisa delapan kali, di mana pun saya berada harus bawa makanan.
Jadi kalau mau begini ada harga yang mesti dibayar. Saya juga banyak minum air putih. Sehari bisa satu galon. Kalau di coffee shop, saya pesan kopi tanpa kafein. Kalau teh, saya minum teh hijau. Kalau di tempat pizza saya pilih salad sementara orang lain makan pizza, setidaknya saya hormati orang yang mengajak. Atau kalau mau makan dengan orang lain, saya makan dulu di mobil dan saat di tempat saya hanya makan sedikit supaya orang nggak tersinggung," katanya.
Tetapi apakah tidak menjadi repot?
"Saya rasa nggak. Justru repot waktu dulu, dulu lebih cerewet soal makan. Sekarang selama tiga tahun nggak ada perubahan, makanya itu-itu saja. Makan sayuran, kambing aja kalah, benar-benar berkilo-kilo sehari. Belum lagi dada ayam sudah ratusan kilo saya makan. Dulunya saya kan koki, dikasih makanan ini cerewet, mungkin jadi nggak enak tapi setelah ubah pola makan apa saja jadi enak," lanjut Edwin.
Pada kesempatan yang sama, Edwin kembali mengatakan bahwa apa yang ditularkan lewat program TV berbeda dengan apa yang dia jalani terutama pola makan. Dia kini menjalani pola makan diet, bukan pola makan sehat.
"Harus dibedakan antara makan diet dengan makan sehat. Makanan diet yang saya makan dan tidak berasa ada gunanya. Sementara yang saya bawakan di TV, makanan sehat dan harus enak, variasi dan cantik.
Makanya orang sering salah berpikir bahwa makanan diet itu harus enak. Padahal makanan diet memang nggak enak, makanan sehat yang enak. Makanan sehat saya kenalkan juga dengan standar internasional," sambungnya lagi.
Walau Edwin coba mengenalkan makanan sehat dengan standar internasional seperti yang ditayangkan stasiun TV selama ini, namun hal tersebut bukan berarti selalu berjalan mulus. Pasalnya apa yang dibawakan di program tersebut kurang atau tidak mendapat dukungan dari pemerintah.
"Resikonya saya ditentang oleh negara saya sendiri khususnya calon presiden saat ini di mana mereka berkoar mencintai barang negeri sendiri, produk luar negeri mau dibabat. Dalam tanda kutip, saya ini jual produk luar negeri dan saya malah akan ditarik negara lain ujung-ujungnya nanti.
Kalau pun negara saya menentang, saya pergi. Indonesia punya mental pengen maju tapi salah arah. Saya rasa mereka salah arah dari motivasinya juga. Memang saya saat ini sedang bangun orang sehat jiwanya, tubuhnya, jadi pikiran sehat dan roh sehat. Jadi, apa yang saya lakukan untuk generasi mendatang bukan untuk diri sendiri," ujar Edwin.
Untuk itu dia berharap mendapat support dari berbagai pihak sehubungan dengan pola sehat lewat makanan ini. Sehingga di masa datang generasi bangsa bisa lebih baik daripada sekarang.
"Saya pengen cari pihak yang mau kerja sama dengan visi yang sama, yaitu untuk bangun bangsa. Bangsa ini sudah hancur lebur, semua lagi krisis dan serakah. Kenapa nggak siapkan generasi baru dengan skill yang berguna di kemudian hari.
Caranya saya mau cari potensi yang ada dari tiap generasi. Indonesia punya kurikulum salah makanya waktu mau kuliah kita bingung mau ke mana. Kalau di pendidikan Amerika, kalau pintar golf maka jadi Tiger Wood, kalau basket jadi Michael Jordan. Jadi semua diarahkan, saya mau begitu.
Saya mau jadi pionir supaya Indonesia seperti itu. Saya berdiri di depan dengan hembusan angin kencang makanya saya butuh-butuh orang-orang yang pegangin tangan saya, kita seret ke arah sana. Pasti banyak orang yang berpotensi dan tertantang. Jadi apapun yang saya lakukan harus positif," imbuh laki-laki yang enggan memberitahu tahun kelahirannya ini.
Putus Pacar Melulu
Sejak menjalani karir seperti sekarang, tidak sedikit mata wanita langsung tertuju pada wajah gantengnya. Padahal di balik itu tidak semua wanita menyadari bahwa pola makan yang dijalaninya merupakan pola makan diet, di mana makanan yang dikonsumsi tidak mempunyai rasa sehingga tak sedikit wanita yang coba menjalin hubungan dengan Edwin 'tumbang' di tengah jalan.
Padahal sebenarnya Edwin hanya memberitahu para wanita itu, apakah wanita tersebut dapat menyesuaikan diri semisal jika makan di resto maka dia akan membawa makanan sendiri atau dapat menerima pola tidurnya yang sangat teratur atau ditinggal beberapa lama lantaran Edwin merupakan orang yang memiliki visi besar lantaran berhubungan dengan pekerjaannya.
Jika wanita tersebut mengerti maka bisa dikatakan sebagai wanita yang super pengertian. Sebagai balasan, Edwin pun akan memberikan segalanya. Namun selama ini wanita yang coba mendekati dirinya berguguran di tengah jalan. "Banyak yang terintimidasi dan gugur dengan sendirinya," katanya lalu tertawa.
Biodata:
Nama : Edwin Lau
Tempat/ Tanggal Lahir : Makasar, 16 November 19xx
Orang tua : Haryanto Lau dan Yuliana Lau
Pekerjaan : TV Host, Chef, Nutrisionist, Trainer, Penulis, Musisi, Director of Healthy Kingdom Community
Prestasi : Finalis Be Our Cover Men's Health 2006
Show : Healthy Life (Metro TV), Foodvaganza (TVRI), dan Healthy Chef (Astro TV)
Sinopsis :
Saya mau jadi pionir supaya Indonesia seperti itu. Saya berdiri di depan dengan hembusan angin kencang makanya saya butuh-butuh orang-orang yang pegangin tangan saya, kita seret ke arah sana. Pasti banyak orang yang berpotensi dan tertantang. Jadi apapun yang saya lakukan harus positif," imbuh laki-laki yang enggan memberitahu tahun kelahirannya ini.
Sumber : KapanLagi.com, 28 Januari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar