Selasa, 06 April 2010


Selasa, 6 April 2010 | 18:05 WIB

Jakarta - Mobil bisa dipacu hingga 80 kilometer per jam? Ah itu kondisi jalan mulus di Bali. Makin ke arah Timur, terutama selepas Bali, tak ada cerita lagi mobil dipacu di atas 60 kilometer per jam. Jalan memang mulus, tetapi tikungannya yang tajam senantiasa menunggu. Acap kali, tikungan tadi hanya berjarak puluhan meter, berbelok ke kiri dan ke kanan.

Perjalanan dengan mobil dari Jakarta dengan tujuan Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, menempuh jarak sekitar 2.839 kilometer (odometer mobil) penuh dengan berbagai cerita tersendiri. Alasan ke Larantuka di ujung timur Flores kali ini perlu dijalani berkenaan dengan perayaan Pekan Paskah ala Portugis alias Samana Santa. Pekan Paskah ini sudah berlangsung 500 tahun, yang puncak peringatannya adalah pada tahun ini.

Perjalanan selepas Denpasar harus berhitung dengan penyeberangan di Sape, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ke Labuhan Bajo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Penyeberangan di sini hanya tersedia satu kali setiap hari sekitar pukul 09.00. Karenanya, perjalanan dari Bali harus berawal pagi hari agar bisa tiba pada dini hari di hari berikutnya.

Empat kali menyeberang laut

Perjalanan dari Denpasar pada Sabtu (27/3/2010) dimulai pukul 10.00 WIB menuju Padang Bai, penyeberangan dari Bali ke Lembar, Mataram (NTB). Biaya penyeberangan selama empat jam itu Rp 555.000 per mobil. Feri tersedia setiap setengah jam. Sangat lancar dan tidak terlalu padat kendaraan.

"Feri milik Indonesia Feri berlayar nyaman," kata Meci Djogo, pengemudi mobil asal Jakarta yang hendak ke Larantuka mengikuti Samana Santa. Dari Lembar, perjalanan ke Khayangan di ujung timur Pulau Lombok memerlukan waktu sekitar satu setengah jam.

Menempuh perjalanan siang hari itu ekstra hati-hati karena pengemudi kendaraan roda dua cukup banyak dan kadang berjalan lambat serta cenderung di tengah jalan. Meski begitu, perjalanan bisa lancar. Jalan pun relatif mulus. Perlu ekstra hati-hati saat melintasi pasar dan pusat keramaian seperti sekolah. "Kalau malam hari, mobil bisa dipacu lebih cepat karena sepi," kata Steven asal Denpasar, Bali, yang ditemui di Pelabuhan Khayangan, Lombok Timur.

Dari Khayangan, kami kemudian menyeberang ke Pulau Sumbawa melalui Pelabuhan Poto Tanos. Biaya penyeberangan Rp 392.000 untuk perjalanan sekitar satu setengah jam.

Petang sekitar pukul 18.00 Wita itu kami tiba di Poto Tanos, Sumbawa, NTB. Perjalanan melintasi Pulau Sumbawa sejauh sekitar 400 kilometer pun harus dimulai. Perjalanan sekitar enam jam dari ujung barat ke ujung timur Pulau Sumbawa.

Sekitar lima tahun lalu, pengemudi kendaraan harus memperhitungkan stok bahan bakar minyak di tangki mobilnya sebab beberapa SPBU yang sudah tersedia acap kali tutup pada malam hari. Selain itu, sering kali SPBU kehabisan stok sebagaimana terjadi di Labuhan Bajo, Minggu (28/3/2010).

Ironisnya, di depan SPBU, solar bisa dijual eceran dengan harga tinggi, dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 per liter. Solar tetap harus diisi karena perjalanan sekitar 120 kilometer ke Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai Tengah, penuh tanjakan curam yang sangat menelan bahan bakar.

Perjalanan dari Poto Tanos ke Sape di Sumbawa Timur malam itu penuh perjuangan. Jalan dari Kota Sumbawa Besar ke Dompu, sekitar 120 kilometer, sangat rusak. Mobil tak bisa dipacu lebih dari 30 kilometer per jam jika tak ingin kendaraan rusak parah.

Alhasil, kami nyaris terlambat memasuki feri milik PT Dharma Lautan Utama yang sudah menunggu di dermaga Sape. Feri setiap pagi berangkat setiap pukul 09.00 Wita. Beruntung, feri masih bersedia menunggu berangkat hingga pukul 10.00 Wita pada hari Minggu kemarin.

Perjalanan feri dari Sape ke Labuhan Bajo memerlukan waktu selama enam jam dengan biaya Rp 1,4 juta. "Agak lambat. Seharusnya sekitar lima jam," ujar Steven dari Bali yang juga hendak ke Larantuka mengikuti Semana Santa. Perjalanan di tengah gelombang yang relatif tenang sungguh nyaman.

Menyusuri Pulau Flores sejauh 500 kilometer dari Labuhan Bajo di sisi Barat ke Larantuka di sisi timur harus ditempuh lebih dari 18 jam. Jalan lintas Flores relatif bagus, tetapi tikungan tajam dengan jurang curam menunggu. Kendaraan harus sehat dan sopir harus segar.

Indah menawan

Lintas Flores mungkin bisa menghibur dengan pemandangan gunung berapi dan lembah dalam yang mencekam. Kalau sempat, mampirlah di Riung, Kabupaten Ngada, melihat taman laut yang tak kalah indah dengan Bunaken, Manado.

Bisa juga Anda berbelok sedikit melihat Kelimutu, danau tiga warna di Kabupaten Ende. Perjalanan sejauh 12 kilometer ke ketinggian sekitar 1.620 meter di atas permukaan laut itu cukup menghibur dengan hutan pinus, sawah membentang, dan kali kecil penuh air tanpa jembatan. Kendaraan harus melintas di atas jalan sempit.

Gunung Kelimutu dengan danaunya sangat mengasyikkan sekalipun saat ini warna danau semuanya hijau. Sebelumnya, air danau berwarna merah tua, biru muda, dan hitam. Perubahan alamiah membuat warna Danau Kelimutu berubah-ubah beberapa kali sejak tahun 1984.

Lintas Flores juga bisa diisi dengan mampir di Lela dan Sikka, sekitar 20 kilometer sebelum masuk Kota Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. Di sana Anda bisa melihat gereja tua lebih dari satu abad peninggalan Portugis.

Perjalanan Maumere ke Larantuka sekitar 140 kilometter berjalan lancar. Jalan mulus sekalipun tetap tipikal jalan Flores penuh tanjakan dan turun terjal, dengan jurang dalam ke salah satu sisinya.

Hari Rabu (31/3/2010), perjalanan darat Jakarta ke Larantuka berakhir. Perjalanan hampir 3.000 kilometer ini memerlukan waktu satu minggu, setelah mampir dan menginap di Denpasar, Nangaroro (kota kecamatan di Ngada), dan Lela (kota kecamatan di Kabupaten Sikka).

Kini saatnya persiapan menghadapi prosesi paskah pada hari Kamis Putih dan Jumat Agung di Larantuka. Paskah ala Portugis yang khas karena tak ada yang lain dan semeriah ini di Indonesia. Salah satunya, doa-doa dalam bahasa Portugis yang sudah berlangsung 500 tahun.

Perjalanan sejauh hampir 3.000 kilometer yang berakhir syahdu dan khidmat. Suasana penuh doa pada tengah malam yang penuh nyala lilin. Semua prosesi akan berakhir pada dini hari, Sabtu (3/4/2010). Suasana penuh ampun dan syukur.

Sumber : KOMPAS, 1 April 2010

1 komentar:

  1. Trims, sudah dtg ke kota kami. Link ke blog saya di http://larantuka2009.blogspot.com

    BalasHapus