Senin, 22 Maret 2010

Wuih... Chicago Selalu Memesona


Senin, 22 Maret 2010 | 16:10 WIB

Jakarta - Pernah nonton film lawas berjudul The Untouchables? Film inspiratif yang di antaranya dibintangi para pemain kelas dunia; Robert De Niro sebagai Al Capone, Sean Connery, Kevin Costner dan Andi Garcia ini mengambil Chicago sebagai lokasi pembuatan film.

Setting film itu mengambil suasana tahun 1920-an dan 1930-an, sebagaimana era Al Capone, Malone dan Elliot Ness. Suasana kota sudah sangat bagus, modern, bersih, tertib, kendati menjadi markas mafia bengis, di antaranya Al Capone.

Itu dulu. Kini, wajah Chicago jauh lebih berkilau dibanding seabad silam. Kota berangin yang luasnya 588,4 km persegi ini menjadi tempat berlabuh para arsitek nomor wahid dunia. Tidak heran kalau Chicago dipenuhi bangunan-bangunan berselera arsitektur memukau. Chicago juga dikenal sebagai kota wisata dan kota bisnis terkemuka Amerika Serikat setelah New York dan Los Angeles.

Kota ini dialiri sungai yang bisa menjadi ajang wisata yang mencengangkan serta danau yang menjadi ajang berlayar. Belum datang ke Chicago sebelum melayari sungai dan danau tersebut.

Di balik segenap kelebihannya, Chicago memiliki jaringan trotoar yang menawan. Trotoar di sini tidak hanya lebar (enam sampai 20 meter), tetapi pemandangan di kiri dan kanan jalannya sungguh membangkitkan inspirasi. Bangunannya elok, patungnya berkelas. Ada pun mobil yang berseliweran, dan manusia yang lalu lalang atraktif.

Harry Ponto, advokat yang sangat menyukai Chicago menyatakan, di kota beradab ini warga bisa berjalan kaki dengan sangat nyaman dan aman. Trotoar lapang, dan taman fantastis tegak di mana-mana. "Kesehatan kita selalu prima karena kita selalu berjalan kaki. Udara pun bersih," ujar Harry Ponto baru-baru ini.

Tidak adil rasanya kalau kita membandingkan Chicago dengan DKI Jakarta. Akan tetapi ada baiknya keunggulan Chicago menginspirasi warga dan otoritas Ibu Kota untuk melakukan sesuatu secara optimal. Apabila Pemprov DKI mampu membuat trotoar di separuh kota saja sudah merupakan prestasi gilang gemilang. Atau pemprov mampu membuat selokan tidak mampat saja, sudah menjadi indikator pencapaian kinerja amat spektakuler.

Sumber : KOMPAS.com, 19 Maret 2010

Makanan untuk Kesehatan Mental


Senin, 22 Maret 2010 | 15:20 WIB

JAKARTA - Penelitian oleh Mental Health Foundation and Sustain di Inggris menemukan hubungan antara pola makan buruk dengan gangguan kesehatan mental khusus seperti ADHD, demensia, depresi, dan skizofrenia.

Laporan itu juga mencatat bahwa masyarakat Inggris sekarang mengonsumsi lebih sedikit makanan segar dan bergizi. Sebaliknya, mereka mengonsumsi lebih banyak lemak dan gula dibanding 50 tahun silam.

Supaya mental Anda tetap sehat, asuplah gizi penting berikut:
1. Zinc
Terdapat pada gandum, kacang polong, daging, dan susu.

2. Magnesium
Mudah dijumpai pada sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan gandum.

3. Zat besi
Dalam jumlah banyak, ada pada daging merah, telur, sayuran berdaun hijau.

4. Folat
Terdapat pada sayuran berdaun hijau.

5. Vitamin B
Terdapat pada produk gandum dan produk susu.

6. Antioksidan
Terdapat pada sejumlah besar sayuran dan buah-buahan.

7. Asam lemak omega 3
Sumber terbanyak adalah ikan laut dalam.

Sumber : KOMPAS.com, 19 Maret 2010

Rabu, 17 Maret 2010

Obama Diminta Bantu Atasi Persoalan Rakyat Papua



Kamis, 18 Maret 2010 | 13.55 WIB

Jakarta - Sekitar 35 perwakilan mahasiswa dan masyarakat asal Papua, Rabu (17/3), berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Istana Negara di Jakarta. Mereka bukannya menolak kedatangan Presiden AS Barack Obama, melainkan meminta bantuan kepada Obama untuk mengatasi kondisi buruk yang dialami rakyat Papua.

Mereka berdemo atas nama Koalisi Perjuangan Rakyat Papua Barat. ”Kami sampaikan selamat datang kepada Obama,” kata Okama Kossay, Ketua Koalisi.

”Persoalan Papua masih termasuk tanggung jawab AS karena AS termasuk salah satu sponsor otsus (otonomi khusus). Dan, terlihat sekarang otsus (di Papua Barat) gagal,” kata Okama.

Dalam pernyataannya, menurut Koalisi, hingga kini masyarakat Papua masih mengalami pembungkaman kebebasan berekspresi. ”Rakyat juga menderita karena Pemerintah Indonesia menggunakan hukum di Papua sebagai alat untuk menindas warga Papua,” kata mereka.

Kasus Freeport

Dalam kesempatan berbeda, Jhonson Panjaitan sebagai salah satu anggota Tim Pembela Masyarakat Papua meminta kesempatan untuk bertemu Presiden Obama. Agenda yang hendak mereka sampaikan berkaitan dengan tindakan Freeport McMorran Copper & Gold Inc mengambil dan merusak tanah ulayat serta pelanggaran HAM masyarakat suku Amungme.

Tim pembela yang mewakili Titus Natkime, anak kandung kepala suku terbesar Amungme, juga melaporkan perusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan AS itu akibat tailing.

”Kini masyarakat Amungme tidak bisa lagi menggunakan air dari sungai mereka,” ungkap Jhonson.

Masyarakat Amungme mulai dari tahun 1967 hingga saat ini tidak pernah menerima manfaat langsung dari tambang tembaga dan emas oleh Freeport. Mereka juga tidak pernah sama sekali mendapatkan ganti rugi.

”Oleh karena itu, sesuai hukum yang sah di Indonesia, masyarakat Amungme selaku pemilik yang sah atas tanah ulayat berhak atas pembayaran ganti rugi,” demikian bunyi surat mereka yang ditujukan kepada Presiden Obama.

Masyarakat Amungme telah mengajukan gugatan perwakilan kelompok (class action) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terhadap PT Freeport Indonesia dan Freeport McMorran Inc. Tuntutan per tanggal 8 Maret 2010 itu berupa ganti rugi sekitar 50 miliar dollar AS atau hampir Rp 500 triliun.

Harus dimanfaatkan

Terlepas dari aksi demo atas nama rakyat Papua ataupun suku Amungme tersebut, menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, Indonesia semestinya harus memanfaatkan kunjungan Presiden AS kali ini agar dapat berperan lebih besar dan lebih baik di tingkat regional ataupun internasional.

”Indonesia dapat memberikan rekomendasi kepada AS untuk saatnya AS memerhatikan negara-negara ketiga dan negara-negara Islam,” ungkap Siti Zuhro di Jakarta, Rabu.

Saat ini, menurutnya, Indonesia terdepan untuk menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dan juga negara-negara Islam dengan kunjungan Presiden AS kali ini.

Terlepas dari adanya berbagai bentuk penolakan terhadap kunjungan Obama, tetapi dengan kunjungannya kali ini, kata Siti, harus diakui, Indonesia cukup diperhitungkan AS.

Sumber : KOMPAS.com, Kamis, 18 Maret 2010

Selasa, 08 Desember 2009

Septinus George Saa, Peraih Nobel yang Santun

Kamis, 18 Maret 2010

Berharap ada orang Indonesia meraih Nobel? Ini rasanya bukan mimpi kosong.

Setidaknya, harapan itu membersit ketika pertengahan April lalu, Septinus George Saa, seorang putera Papua, memenangi kompetisi "First Step to Nobel Prize in Physics".

Ini adalah perlombaan bergengsi bagi sekolah tingkat menengah seantero jagad selain Olimpiade Fisika. Kompetisi yang digagas Waldemar Gorzkowski 10 tahun silam ini mewajibkan pesertanya melakukan dan menuliskan penelitian apa saja di bidang fisika. Hasil penelitian tersebut kemudian dikirimkan dalam bahasa Inggris ke juri internasional di Polandia.

Sementara dalam Olimpiade Fisika, para perserta diwajibkan mengerjakan soal-soal fisika dalam waktu yang sudah ditentukan.

Pada kompetisi "First Step to Nobel Prize in Physics" tersebut hasil riset Septinus George Saa tidak menuai satu bantahan pun dari para juri.

Oge, demikian panggilan akrabnya, menemukan cara menghitung hambatan antara dua titik rangkaian resistor tak hingga yang membentuk segitiga dan hexagon.

Formula hitungan yang ia tuangkan dalam papernya "Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor" itu mengungguli ratusan paper dari 73 negara yang masuk ke meja juri.

Para juri yang terdiri dari 30 ahli fisika dari 25 negara itu hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk memutuskan pemuda 17 tahun asal Jayapura ini menggondol medali emas.

Paper Oge yang masuk lewat surat elektronik di hari terakhir kompetisi itu dinilai orisinil, kreatif, dan mudah dipahami. Tak berlebihan jika gurunya Profesor Yohanes Surya mengatakan formula Oge ini selayaknya disebut George Saa Formula.

Kemenangan Oge mengikuti jejak para jenius Indonesia sebelumnya. Lima tahun lalu I Made Agus Wirawan dari Bali juga meraih medali emas pada kompetisi serupa.

Oge adalah putera asli Papua. Tanah kelahirannya, di ujung timur Indonesia, hingga kini tak usai dilanda konflik.

Lima orang presiden yang datang dan pergi selama 59 tahun Indonesia merdeka tak pernah berhenti berjanji meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bumi cendrawasih sana. Tapi janji hanya janji.

Kemunculan Oge di panggung internasional seperti mengingatkan bahwa ada mutiara-mutiara bersinar yang perlu mendapat perhatian di kawasan timur Indonesia.

Oge lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Silas Saa, adalah Kepala Dinas Kehutanan Teminabuhan, Sorong.

Oge lebih senang menyebut ayahnya petani ketimbang pegawai. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Silas, dibantu isterinya, Nelce Wafom, dan kelima anak mereka, harus mengolah ladang, menanam umbi-umbian.

Sepulang dari Polandia nanti, Oge sudah memutuskan untuk mengambil studi S1-nya di Indonesia di Jurusan Fisika Universitas Pelita Harapan.

Meski sejumlah tawaran bantuan terus mengalir kepadanya untuk melanjutkan studi di luar negeri, di antaranya dari Group Bakrie dan Freeport, Oge merasa belum siap untuk meninggalkan tanah air.

Sumber : KOMPAS.com, 27 Juni 2004





Senin, 07 Desember 2009

Boediono Wajib Datang Jika Dipanggil Pansus


Partai Demokrat (PD) menghargai pembentukan Pansus angket skandal Bank Century. Bahkan PD mendukung penuh upaya pemanggilan orang-orang tertentu, termasuk wakil presiden Boediono.

"Karena hak angket sudah disahkan maka yang dipanggil wajib datang. Siapa pun juga, Boediono pun yang dipanggil wajib datang," ujar Sekjen PD Amir Syamsuddin dalam keterangan pers di Resto Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Senin (7/12/2009).

Amir menuturkan, Pansus angket saat ini termasuk yang memegang kendali penyelesaian skandal Bank yang kini bernama Bank Mutiara itu. Karena itu Pansus dipersilahkan menggunakan data-data yang ada dan memanggil orang-orang yang dianggap penting untuk membukan skandal ini.

"Pansus angket dipersilahkan menggunakan data yang ada dan mau periksa siapa saja," terang pria yang berprofesi sebagai advokat ini.

Amir juga membantah ketidakeriusan PD dalam Pansus Century ini. Menurutnya, waktu itu PD memilih diam dan tidak bicara karena masih menunggu audit BPK. Setelah audit sudah keluar dan Pansus telah terbentuk, PD akan mengawal pengusutan skandal ini.

"Kami mendukung kerja Pansus. Apalagi arahan Pak SBY seperti itu," tutupnya.

Mahasiswa Solo Kumpulkan Koin Solidaritas Untuk Prita


Sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informatika serta anggota organisasi massa "Republik Aeng-aeng" menggelar aksi solidaritas mengumpulkan uang koin sebagai wujud solidaritas kepada Prita Mulyasari, Senin.

Aksi yang diselenggarakan di Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo itu, dilakukan dengan mengumpulkan uang koin dari para pengguna jalan tersebut.

Selain mengundang perhatian para pengguna jalan, aksi tersebut juga mampu menarik solidaritas dari sejumlah pelaku usaha di kawasan itu.

Bahkan, salah satu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sukodono yang berada tidak jauh dari lokasi aksi juga memberikan uang koin pecahan Rp25 sejumlah Rp25.000 melalui pegawai BPR itu.

Tidak sedikit pengguna jalan yang tidak memberikan uang koin, tetapi malah uang kertas pecahan lebih besar.

"Kami menolak masyarakat yang memberikan uang kertas. Aksi ini hanya bertujuan mengumpulkan uang koin sebagai wujud solidaritas kami untuk Prita," kata salah satu peserta aksi itu, Mayor Haristanto.

Ia mengatakan tidak ada target yang ditentukan dalam aksi ini, karena aksi yang mereka lakukan hanya sekedar sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan hukum yang dialami Prita.

"Aksi ini akan kami lakukan hingga satu minggu ke depan. Setelah terkumpul, kami akan meneyrahkan uang koin tersebut ke Posko Peduli Prita di Jakarta," kata Mayor Haristanto.

Senada dengan itu, peserta aksi lainnya, Syarif Hidayatullah mengatakan, aksi yang mereka lakukan juga merupakan dukungan moral kepada Prita dan keluarganya.

"Selain itu, adanya aksi ini juga diharapkan dapat menggugah pemerintah untuk dapat segera mereformasi aparat hukumnya," kata Syarif.

Sementara itu, Prita Mulyasari yang sebelumnya menjadi tersangka kasus pencemaran nama baik RS Omni Internasional Alam Sutera Tangerang telah divonis bersalah oleh Pengadilan Tinggi Banten. Prita diharuskan membayar denda sebesar Rp204 juta kepada rumah sakit tersebut.

Sumber: Antara, 7 Desember 2009